Rabu, 27 April 2016

SEKOLAH KEHIDUPAN part 1



  Satu bulan yang laluTepatnya bulan maret 2016, anak-anak mulai menambah kegiatan bermainnya disebuah sekolah yang disebut Sanggar Anak Alam Yogyakarta.

 
Aku menemukan sekolah itu, saat diujung kegalauan hatiku, kegelisahan yang sangat mendalam(lebay…). Kenapa? Oke… Sedikit cerita bahwa ada sedikit tindakan yang mungkin terlalu terburu-buru saat aku mengambil keputusan untuk memasukkan Kayla anak pertamaku ke gedung yang bernama Sekolah. 

Di sekolah yang lama, kebijakan untuk menemani anak di sekolah adalah sampai 2 minggu setelah proses belajar dimulai, setelah itu kita harus tega ataupun tidak untuk meninggalkan dia di sekolah, menangis ataupun tertawa. Dalam hati kecil, rasa sakit melihat dia menangis, dan rasa akan kehilangan kepercayaan itu ada. Sebelumnya, aku dan suami tidak pernah terpikir untuk memasukkan anak-anak ke sekolah TK karena planning ke depan anak-anak akan mengikuti cyber homeschooling. Tapi entah mengapa, hatiku luluh saat mendengar sekolah, pikirku saat itu, biarlah anak-anak bermain dulu di TK, nanti saat usia SD kita lanjut cyber homeschooling.


 
  Dear parents, kita tahu, masing-masing anak itu unik, masing-masing anak itu berbeda. Ada yang menyukai dunia sekolah yang formal, ada pula yang tidak. dan ternyata anak-anakku menyukai dunia yang non formal. Setelah melalui beberapa bulan pengamatan, hati nurani saya mulai berontak, “oke, Aku harus segera bergerak”. Karena apa? Karena Kayla menunjukkan beberapa perubahan sikapnya. Kami bicara dari hati ke hati, ku tanya “kakak, ada apa?” “kakak, bias ceritakan ke bunda yang kakak rasakan”. Saat itu, kami(aku & suami) mengajak Kayla keluar kota, mencari suasana yang nyaman untuk saling berbagi rasa dengan anak-anak. Dari situ Kayla bisa sedikit demi sedikit bercerita tentang rasa tidak nyamannya di Sekolah, dia harus masuk, duduk di kelas, menulis saat naluri anak-anaknya ingin bermain. Kalau dia bermain di luar sendiri, itu akan terlihat aneh, karena semuanya duduk dan belajar di dalam kelas. 

 
   Oke anggap saja mulai dari sini, aku harus mengambil tindakan, cabut berkas, dan Kayla off sekolah. Sampai akhirnya, kebiasaan kepo di dunia maya itu tertuju pada sebuah blog Sanggar Anak Alam (sekarang webnya pindah disini). Aku pelajari, cari info sebanyak-banyaknya, sampai aku add akun orang tua yang anaknya begabung di Sanggar Anak Alam(salam), aku gali info sebanyak-banyaknya, mencari yang satu visi misi, jangan sampai salah melangkah lagi. 

 Daaannn… tepat bulan maret 2016, aku datangi Salam, melihat bagaimana mereka belajar. Bertemulah aku dan suami dengan bu Wiwin, ku ceritakan segala hal yang mengganjal di hati, dan aku pastikan, “bolehkah saya menemani anak-anak sampai mereka mau lepas secara natural?”, dan bu Wiwin menjawab kegalauan-ku saat itu, justru anak-anak tidak boleh ditinggal tanpa kesepakatan antara orang tua dan anak. Dari situ, oke… Kita trial dulu satu minggu. Bagaimana perkembangan anak-anak? Apa yang aku dapatkan? Tunggu cerita selanjutnya ya teman-teman….

Video tentang Salam:
1. Sanggar Anak Alam
2. Sanggar Anak Alam- Lentera Indonesia
3. Sanggar Anak Alam
4. Sanggar Anak Alam- Group 4
5. Live in Sanggar Anak Alam
6. Simulasi Gempa Sanggar Anak Alam